Apabila kita pernah bersekolah di
sekolah negeri, tentu kita tidak akan asing lagi dengan istilah “Pramuka
Wajib”. Pramuka wajib di sini maksudnya adalah program yang mewajibkan
para siswa terutama di tingkat sekolah menengah untuk mengikuti kegiatan
pramuka meskipun mereka tidak memilihnya menjadi salah satu
ekstrakulikuler yang diminati.
Pramuka wajib tentunya memiliki tujuan
yang baik, yakni: pertama, agar seluruh siswa di sekolah tersebut
mendapatkan bekal-bekal dasar kepramukaan yang dapat mereka manfaatkan
dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, agar minat siswa dapat bertambah
pada kegiatan pramuka. Ketiga dan seterusnya menyesuaikan dengan
kebutuhan Gugus Depan masing-masing.
Program Pramuka wajib memang sudah awam
dilaksanakan. Namun, sadarkah kita? Bahwa program tersebut memiliki
beberapa kealphaan yang perlu kita waspadai. Bukannya menambah minat
peserta didik untuk melanjutkan dan berkecimpung di kegiatan Pramuka,
tapi justru bisa sebaliknya. Hal tersebut sangat mungkin terjadi apabila
pengemasan kegiatan dalam program Pramuka wajib terkesan monoton, tidak
menarik, kurang edukatif, dan menyiratkan ke”umum”an pramuka serta
menghapuskan ke”eksklusifa”an pramuka di mata peserta didik yang sedang
dalam masa mencari minat di pramuka.
Perlu kita pahami, bahwa belum semua
Gugus Depan di sekolah dasar maupun di sekolah menengah pertama dapat
memberikan pendidikan Kepramukaan sesuai dengan kebutuhan siswa,
sehingga apabila mereka masuk ke sekolah yang lebih tinggi, minat mereka
kurang atau bahkan tidak ada minat sama sekali untuk hal-hal yang
berbau Pramuka. Hal ini wajar, mengingat kita perlu memahami
karakteristik peserta didik yang dewasa ini kian membutuhkan wadah-wadah
pendidikan yang inovatif, konstruktif, dan tentu saja jelas manfaatnya
untuk mereka. Apabila kegiatan pramuka yang mereka temui belum
memberikan itu semua, tentu saja mereka akan memilih hal lain sebagai
wadah pengembangan dirinya.
Sebagai contohnya, Siska misalnya. Dia
adalah salah seorang siswi di SMA Negeri di kotanya. Dia kurang berminat
di Pramuka sejak duduk di bangku SMP dan ketika masuk SMA dia harus
ikut Pramuka wajib. Karena kegiatan di Pramuka wajib menurutnya dikemas
kurang menarik, dia lebih memilih sering membolos daripada menghabiskan
waktunya untuk mengikuti rutinitas tersebut. Padahal dia adalah
seseorang yang senang berorganisasi dan berpetualang. Kalau kita
mengkaji dan mencocokkan, sebenarnya Pramuka dapat mewadahi minat Siska
tersebut. Sayangnya kesan pertama yang ia dapatkan dari Pramuka adalah
sesuatu yang diwajibkan atau cenderung dipaksakan. Siska tidak menemukan
kegiatan Pramuka sebagai hal yang ia minati, justru sebaliknya, ia
menemukan kegiatan Pramuka sebagai hal yang ia hindari karena ia
kehilangan asas dasar dari Kepramukaan itu sendiri yakni asas sukarela.
Ya. Yang dimaksudkan kealphaan yang
kadang diabaikan para Pembina atau Dewan Ambalan Penegak dan Pasukan
Penggalang adalah adanya titik jenuh peserta didik terhadap kegiatan
Pramuka yang dipaksakan untuk mereka terima. Sekali lagi, Pramuka adalah
kegiatan yang bersifat sukarela, lalu kenapa harus ada kewajiban untuk
mengikuti kegiatan Pramuka?
Sebelum peserta didik menemukan passion
di Pramuka, mereka justru sudah dijejali materi-materi Kepramukaan yang
mereka sendiri bingung apa aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Padahal untuk menemukan passion dan kegemaran di Pramuka,
mereka butuh kenyamanan, kerelaan, dan kepahaman. Tanpa itu semua, yang
ada adalah mereka akan semakin tidak menyukai kegiatan Pramuka karena
bagi mereka kegiatan ini mengintimidasi kebebasan mereka untuk memilih.
Selain itu, karena Pramuka wajib berlaku
bagi seluruh siswa, kegiatan Pramuka secara tidak langsung atau sedikit
demi sedikit kehilangan branding dan keeksklusifannya di mata
para peserta didik. Semua siswa diwajibkan mengenakan seragam Pramuka
di hari-hari tertentu di sekolah. Tapi tidak diimbangi dengan aturan
yang benar. Alhasil, mereka mengenakan seragam Pramuka dengan
asal-asalan, seperti tidak mengenakan setangan leher/pita leher yang
menjadi ciri khas Pramuka, bersepatu warna warni, dan terkadang kita
juga melihat ada siswa yang tidak berjilbab namun mengenakan rok pramuka
panjang padahal bajunya pendek, dan sebagainya. Kadang tidak jarang
juga kita menemui peserta didik sepulang sekolah masih mengenakan
seragam Pramuka tetapi merokok di samping trotoar.
Itulah imbas-imbas dari program Pramuka
wajib yang kebanyakan hanya dijalankan sebagai formalitas dan kebijakan
sekolah semata. Pramuka wajib berangkat dari latar belakang yang
kongkret dan seharusnya kebijakan-kebijakan semacam itu dapat
dimaksimalkan di Gugus Depan. Setelah mengetahui kecompang-campingan
realita sebagian besar pelaksanaan Pramuka wajib, bukan berarti
semerta-merta kita lalu menghapuskan kebijakan itu. Program Pramuka
wajib secara harfiah memang tidak sesuai dengan asas kesukarelaan, namun
apabila pelaksanaannya benar-benar terjaga unsur “keasyikan” dan
“kebermanfaatannya”, tentu saja hal tersebut dapat menanggulangi
kejenuhan dan rasa keterpaksaan peserta didik. Kalaupun memang program
Pramuka wajib masih sesuai dan tetap ingin dilaksanakan di Gugus Depan,
alangkah baiknya kegiatan-kegiatannya secara fokus diorientasikan pada
pencitraan Pramuka sebagai wadah Pendidikan Karakter dan sebagai satu
pendidikan yang bersifat menyenangkan dikemas dalam permainan di alam
terbuka.
Bahkan Lord Baden Powell of Gilwell pun
dengan tegas menjelaskan bahwa Kepramukaan itu bukanlah suatu ilmu yag
harus dipelajari dengan tekun, bukan pula merupakan kumpulan
ajaran-ajaran dan naskah-naskah dari suatu buku. Bukan! Kepramukaan
adalah suatu permainan yang menyenangkan di alam terbuka, tempat orang
dewasa dan anak-anak pergi bersama-sama, mengadakan pengembaraan
bagaikan kakak beradik, membina kesehatan dan kebahagiaan, keterampilan
dan kesediaan untuk memberi pertolongan bagi yang membutuhkan. (Sumber: Boyman, Ragam Latih Pramuka oleh Andri BOB Sunardi)
Baiklah, mari benahi kegiatan di Pramuka
Wajib dan keseluruhan kegiatan Pramuka di Gudep karena Gudep adalah
ujung tombak kaderisasi Kepramukaan yang paling dekat dengan peserta
didik.
Selamat Memandu, Kakak!
Semoga dapat senantiasa merealisasikan
kegiatan Pramuka yang mengasyikan dan bermanfaat seperti apa yang
dikatakan oleh Bapak Pandu Dunia kita.
Oleh: Hafizhah Lukitasari
sumber : http://pramukajateng.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar