**SUKSESKAN HARI PRAMUKA KE 57 TINGKAT KWARDA JAWA TENGAH DI BUPER MARTOLOYO, SUNIARSIH BOJONG 21 SEPTEMBER 2018** PERANSAKA VII KWARDA JATENG 16-21 SEPTEMBER 2018 DI BUPER SUNIARSIH** ESTAFET TUNAS KELAPA KE 34** Pramuka Perekat NKRI**8

Senin, 01 Februari 2016

Hujan Anak Panah Di kemah Sako Pramuka SIT

SLAWI - Puluhan anak panah melesat. Mengudara dengan kecepatan tinggi. Membidik target. Terlihat ekspresi kebahagiaan di wajah anak-anak pramuka menyaksikan anak panahnya melesat. Mereka tampak gagah saat pertama kali memegang busur, menarik anak panah, hingga melesatkannya. 

Aktivitas memanah menjadi salah satu kegiatan yang menarik perhatian para peserta kemah kenaikan tingkat pindah golongan dari siaga ke penggalang. Perkemahan ini diselenggarakan oleh Satuan Komunitas (Sako) Pramuka Sekolah Islam Terpadu (SIT) Kabupaten Tegal pada tanggal 29-31 Januari 2016 di Bumi Perkemahan Objek Wisata Waduk Cacaban.

Ketua Panitia Kemah Ukhuwah Wigiyatno mengatakan kegiatan memanah ini merupakan satu dari rangkatan kegiatan scout adventure, yang terdiri dari pos bacaan shalat, hafalan, PBB, KIM, tali temali, merayap, dan trust fall. “Lagipula panah itu olahraga sunah, yang dianjurkan oleh rasul,” ungkapnya.

Menurutnya perkemahan ini digagas sebagai sarana kenaikan tingkat dari siaga ke penggalang. Atau dari penggalang ramu ke penggalang rakit. Sebanyak 298 peserta dari tiga sekolah turut memeriahkan acara ini. Mereka adalah siswa-siswi kelas 4 dan kelas 5 yang berasal dari  MI Terpadu Luqman Al Hakim, MI Terpadu Bina Amanah, dan SDIT Harapan Umat Brebes.

Instruktur Memanah, Amirudin mengatakan olahraga memanah saat ini tengah mulai digiatkan di beberapa kota, termasuk di Kabupaten Tegal. Bahkan sudah ada beberapa sekolah yang menjadikan memanah sebagai kegiatan ekstra kurikuler.

Ketua Mabisako SIT, Wiyarso, M.PdI mengatakan kegiatan Pramuka SIT tidak pernah terjebak pada rutinitas kegiatan yang sifatnya teknik kepramukaan. Tapi benar-benar melatih kemandirian siswa. Seluruh peserta dituntut tidak hanya terampil mendirikan tenda, kompak PBB dan menguasai tali temali, sandi, juga semaphore, tapi mereka juga dituntut untuk mandiri dan mengasah kemampuan life skill seperti memasak.

“Bagaimana bisa menguasai diri, melakukan antisipasi, dan bisa mengatur padatnya kegiatan, tanpa mengabaikan aktivitas ibadah seperti tilawah, murajaah, dan shalat berjamaah,” ungkapnya.


Meski sempat diguyur hujan selama perkemahan berlangsung, tapi peserta kemah tetap melanjutkan kegiatan. Kak Wiyarso memotivasi peserta kemah dengan menyampaikan, hujan itu rahmat Allah. Hujan juga makhluk Allah. Jadi tak perlu panik, tidak usah cemas. Lewat hujan kita bisa belajar tentang pentingnya evakuasi. Hujan tidak mendidik anak menjadi manja, tapi justru mampu menempa anak memiliki mental baja. (Admin) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar